Nakes RSUD Mattaher Belum Terima Insentif Yang Dijanjikan Pemerintah - Bentara Jambi

Jambi Terkini

Carousel

Nakes RSUD Mattaher Belum Terima Insentif Yang Dijanjikan Pemerintah

Kota Jambi - Setelah mewabahnya Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia termasuk di Provinsi Jambi tenaga kesehatan (Nakes) digaungkan menjadi garda terdepan dalam menangani pasien. Termasuk di wilayah dalam Provinsi Jambi. Terhitung sejak bulan Maret-Juni berdasarkan data Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sampai dengan Jumat (12/6/2020), kasus sudah menembus di angka 106 orang positif, 27 orang diantaranya dinyatakan sembuh. Untuk di RSUD Raden Mattaher Jambi sendiri, informasinya kini hanya sekitar 8 orang lagi dan masih dalam perawatan isolasi.

Salah satu perawat yang bertugas pun menyampaikan curahan hatinya ke jamberita.com. Dalam ceritanya, Ia mengaku salah satu tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien positif Covid-19. Bahkan setelah bertugas harus mengkarantinakan diri ke LPMP. Sehingga untuk bertemu keluarga pun harus dilakukan Rapid Test terlebih dahulu. "Kalau hasilnya negatif baru boleh ketemu," tuturnya, Kamis (11/6/2020).
Nakes RSUD Mattaher Belum Terima Insentif Yang Dijanjikan Pemerintah
Sayangnya, setelah hebohnya persoalan pandemi sampai sekarang yang katanya selalu disebut menjadi garda terdepan tidak membuat semua para Nakes menjadi bertambah semangat. Pasalnya Perawat ini menyatakan hingga kini belum juga tersentuh insentif dalam menangani pasien Covid-19. "Belum ada (cair-red) sampai sekarang, (dari) seluruh nakes yang bertugas, tidak ada, (zonk), parah bang," tuturnya dengan tertawa. 

Kemudian jamberita.com bertanya, apakah keluhan tersebut sudah pernah disampaikan kepada atasan atau pihak manajemen? Perawat ini kembali berujar bahwa dirinya sempat mendengar soal sosialisasi dana Covid-19 Tahap I yang dianggarkan Pemprov Jambi. "Jadi waktu itu, masih ngomongin masalah insentif-insentif berapa persen, berapa persennya, cuman untuk (kapan dicairkan) keluarnya, belum ada titik terangnya," sebutnya. Padahal kata "Pak Jokowi" dalam hal ini Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang informasinya melalui pemberitaan yang dia baca, bahwa besaran insentif bagi Nakes bertugas melayani pasien Covid-19 mulai dari Perawat itu sekitar Rp. 7,5 juta, Dokter Spesialis Rp. 15 juta dan Dokter Umum Rp. 10 juta. "Kan begitu katanya, itu kami nggak ada dapat seperti itu, gitu nah," katanya.

Sementara Ia menceritakan banyak teman yang satu profesi bekerja di beberapa rumah sakit termasuk berjibaku melawan Covid-19, salah satunya itu di RS Muaro Jambi sudah mendapatkan insentif sebesar Rp. 7,5 juta, sesuai apa yang disampaikan oleh Presiden RI. "Dapat kawan tuh, kami yang provinsi malah tidak ada yang dapat, tidak ada cair dan tidak ada keluar sampai dengan saat ini," ungkapnya. Beberapa waktu lalu memang, kata Perawat ini lagi, Nakes pernah dimintai rekening BNI oleh pihak manajemen RSUD Raden Mattaher. Tetapi sampai sekarang tidak ada penjelasan lebih lanjut. Padahal selalu disebut-sebut sebagai garda terdepan. "Mana lah, (omongan) pembicaraan saja itu gardan terdepan, kami saja tidak diperhatikan orang nggak," tuturnya dengan kembali tertawa.

Lebih jauh Jamberita.com juga kembali melontarkan pertanyaan kepada perawat tersebut, bagaimana dengan bantuan-bantuan yang selama ini mengalir, seperti suplemen vitamin dan minuman kaleng serta lain-lainnya yang diberikan oleh berbagai kalangan, komunitas, lembaga dan pihak perusahaan swasta, bahkan itu acap kali di posting oleh akun Facebook RSUD Raden Mattaher di Media Sosial (Medos). "Itu nggak tahu lah, memang saya Perawat isolasi. Memang bulan Maret-April itu lagi gencar-gencarnya Covid-19, sumbangan-sumbangan banyak. Tapi yang dikasih ke kami itu seadanya, dikasih lah, susu bear brand, cuman kami, kan punya handphone (Android) melihat di Medsos," ungkapnya.

Perawat ini pun menirukan ungkapan terimakasih ketika akun Facebook RSUD Raden Mattaher saat memposting foto serah terima bantuan di Medsos kepada pihak donatur-donatur yang sudah berpartisipasi memberikan bantuan. "Terimakasih sudah membantu Raden Mattaher, dari ini. Di lihat disana ada kotak kue Saimen, kotak ini, sementara kami tidak ada dikasih seperti itu, jadi itu nggak tahu apa untuk perawat Covid, apa siapa nggak tahu kami," keluhnya. Sedangkan kata perawat tersebut mereka dikasih extra pudding itu hanya berisi air putih. Ketika di karantina di LPMP, makan minumnya pun pernah mendapatkan konsumsi yang dinilai kurang layak bagi mereka yang disebut-sebut katanya sebagai garda terdepan melawan Covid-19. "Makan minum kami pernah dapat yang kurang enak, dan saya pernah juga menyampaikannya kepada manajemen, nasinya keras, terus lauk-lauknya seperti ikan yang sering di tayangkan di Indosiar nggak tahu lah saya ikan apa," katanya lagi.

Perawat ini terus menceritakan kondisi dan keadaan mereka selama pandemi Covid-19. "Terus ayam ya keras, ayam goreng, pokoknya nggak layak lah untuk kami. Minumannya, air putih berapa dus lah di kasih, bear brand, tempat tidur kalau di LPMP sudah lumayan bagus lah untuk ditempatin sama garda terdepan yang katanya tuh kan," gegasnya.

Kemudian ketika bertugas melayani pasien Covid-19, Perawat ini juga membeberkan bahwa Alat Pelindung Diri (APD) yang didapatkan itu bukanlah APD yang baru yang semestinya cukup untuk sekali pakai. "APD kan baru, buang, baru buang, kan seperti itu, seharusnya. Tapi kami dapat APD dipakai yang dicuci ulang, sedangkan kami bersentuhan langsung dengan pasien positif, itu kan pasti besar resikonya untuk kami," tambahnya. Belum lagi dengan beban sosial yang mereka rasakan ketika hendak pulang ke rumah untuk bertemu keluarga dan orang-orang sekitar.

Meski pun sudah dilakukan rapid test dan hasilnya dinyatakan negatif. "Perasaan seperti itu pasti ada lah, kami memang negatif, tapi kami yang ngeri. Takutnya dibilang kita yang bawa virus ke orang dan orang diluar takut-takut nanti dibilang pas keluar dari rumah, tuh, tuh nah, perawat isolasi, gitukan tidak enak," katanya.

Ketika ditanya kembali soal insentif kata Perawat ini lagi, sejauh ini belum ada kepastian termasuk untuk Dokter spesialisnya."Kami (Nakes) ada sekitar 70 atau 80 orang an, karena ada buka ruangan baru lagi kan," tegasnya. Dirinya berharap, kepada manajemen maupun petinggi di RSUD Raden Mattaher milik Pemerintah Provinsi Jambi itu agar dapat menyesuaikan apa yang sudah disampaikan oleh Presiden RI. "Maksudnya begini, Muaro Jambi saja yang kabupaten, bisa mengeluarkan Rp7,5 juta untuk satu orang perawat, masa kita provinsi nggak bisa, kemana uang tuh,?" keluhnya.

Perawat ini kembali menyatakan bahwa pernah membaca berita dari salah satu media online, disampaikan ada dana Rp. 7 Miliar yang dialokasikan ke RSUD Raden Mattaher. Lalu digunakan hanya Rp. 2,8 M sisanya dikembalikan. Jika tidak salah itu statementnya Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi Rocky Candra. "Nah terus, iya (beritanya Rocky Candra) benar-benar. Jadi itu kan dana Covid-19, artinya menyeluruhkan,? pernah saya tanyakan dengan mengeluhkan bahwa extra pudding kami sudah tidak ada lagi, sedangkan Sekda bilang Rp7 M yang dikasih kan ke RSUD Raden Mattaher," tanya nya soal itu.

Dana yang dimaksud merupakan anggaran APBD Tahap I dari Rp. 11 M yang dialokasikan ke RSUD Raden Mattaher, Rp. 7 M dan Rp. 2,5 M ke Dinas Kesehatan (Dinkes), Rp. 1,5 M nya lagi diberikan ke Gugus Tugas. "Saya tahu dan kami bilang saya baca berita itu, dan tahap ke-II (Dari alokasi anggaran Rp. 200 M) (disusulkan) Rp. 25 M, lagi kan,?" terangnya. Akan tetapi, setelah Ia melontarkan pertanyaan itu bukan mendapat jawaban yang menyenangkan, melainkan mendapat jawaban yang kurang mengenakkan dari mulut seseorang di RSUD Raden Mattaher. Dikatakannya dana Rp. 7 M itu bukan serta merta untuk dirinya sebagai Perawat yang bersentuhan dengan pasien Covid-19. "Dijawabnya, dana Rp. 7 M itu, kami alokasikan untuk alat kesehatan, kita membangun ruangan isolasi," katanya dengan meniruhkan bahasa orang yang tempat ia bertanya. "Terus saya bilang ruangan isolasi mana yang bisa sampai Rp. 7 M? Marah dia, kau itu tidak tahu, kau itu perawat, kau urus saja lah pasien," katanya menceritakan jawaban yang dia dapat. 

Perawat ini juga mengaku bahwa ada bahasa dana Rp. 7 M itu akan dibangunkan untuk ruangan isolasi ternyata sekarang tidak ada, malah saat ini ruang isolasi Nurdin Hamzah tidak digunakan lagi, melainkan isolasi Covid-19 itu berada di ruang VIP, Mayang Mangurai dan Pinang Masak yang digunakan. "Tidak ada, kalau ada bikin bangunan baru, ini ruangan khusus untuk isolasi, mungkin lah, kan nampak. Nah mana dana Rp7 M yang katanya yang dialokasikan untuk pembangunan ruang isolasi.? Cuman beli kaca-kaca sekat seperti itu saja,? habis apa dana Rp. 7 M,? sekali kami baca berita cuma Rp. 2,8 M yang dipakainya," jelasnya.

Perawat ini pula sempat mendengar rumor dari sesama rekan kerjanya, bahwa yang mendapatkan perlakuan yang baik itu malah pihak manajemen atau mereka yang berkerja di bagian kantor."Itu saya kurang tahu mulai dari kapan ya, soalnya saya dikasih tahu (seseorang) dari ruang isolasi kan (orang manajemen), dapat nasi kotak, sementara orang yang di LPMP coba dilihat lah sendiri," katanya. Menurut perawat ini, bahwa ada juga curhatan dari rekan kerjanya, sebenarnya mereka itu sudah pada mengeluh semua tetapi bingung mau apa lagi yang harus dikatakan. "Ekstra pudding dapat kak, saya bilang, dak apalagi sekarang kak, jangan lah nak berharap, makan kami saja, ayam yang dapat sebesar jempol," ucapnya Ya Allah.

Perawat ini tadinya bekerja di ruang isolasi hanya di bulan Maret dan April saja. Di bulan Mei 2020 sampai sekarang dia terdepak ke ruangan lain, karena dinilai terlalu kritis sering banyak bertanya mengenai kebijakan-kebijakan dalam penanganan pasien Covid-19 termasuk persoalan insentif yang dia ketahui tetapi dicuekin tidak pernah ada jawaban dari manajemen. "Sekarang anak honor (perawat) diancam siapa yang vokal mengikuti (dirinya) akan dipecat dan pegawai di pindahkan," tandasnya.

Kasubag Umum dan Humas RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi Sofran mengatakan insentif covid-19 bagi para Nakes yang bertugas melayani pasien positif sedang berproses dan dananya sudah ada. "Lagi dibuat administrasi mencairkan, jumlah totalnya nggak hafal saya, yang jelas segera dibayar dalam proses verifikasi internal," katanya. Terkait dengan berapa jumlah Nakes yang akan mendapatkan insentif pelayanan Covid-19 itu, kata Sofran semua yang bertugas. "Banyak lah semua dokter, pokoknya semua yang terlibat sesuai dengan aturan itu, sesuai dengan besaran kan ada permenkesnya," sebutnya. Mengenai adanya bahasa yang mengarah kepada dugaan pengancaman ke Nakes seperti yang diceritakan dalam berita ini karena dianggap kritis itu, Sofran mengaku dan langsung menepis itu bahwa belum mengetahui nya."Saya baru dengar dari dari situ malah," pungkasnya.

Sumber: Jamberita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Breaking News